Arsip Kategori: Pengalaman Pribadi

Ralat Artikel “Gaji Pertama”

Hari ini, Sabtu 1 Nopember 2014 seharusnya Saya mendapat gaji yang kedua tetapi, sesuatu yang kutunggu tersebut tidak datang akhirnya pulang dari bengkel dengan tangan kosong.

Tetapi Aku tak patah semangat untuk bekerja di bengkel las milik sepupuku. Aku bertekad untuk tetap bertahan, karena niatku bukan untuk mencari uang melainkan untuk mencari ilmu.

Aku sudah dinasihati berkali-kali soal hal tersebut. Seperti  kata Ibuku “ya ucapkan Alhamdulillah jika dapat uang ya RIdwan akan tetapi jika tidak dapat uang jangan kecewa karena disitu (bengkel las) tugasmu bukan untuk cari uang akan tetapi untuk mencari ilmu”.

Sebagai pemuda yang masih berkobar dan berkebutuhan sebenarnya hati kecilku merasa kecewa dengan kejadian hari ini. Yang biasanya Aku mengaji tiba-tiba libur akan kuhibur dengan menulis dan pergi ke warnet saja daripada kecewa berlama-lama sakit hati akan tidak bagus untuk kesehatan jiwaku.

Meskipun saya penulis amatiran namun Saya bersungguh-sungguh untuk menjadi penulis. Saya bertekad untuk menjadi penulis terkenal,  kabulkan do’aku ini ya Allah.

Menulis bagiku sebagai sarana hiburan dan interaksi dikala sibuk bekerja sekaligus dari rasa penat karena kesibukan sehari-hari.

Bekerja Di Bengkel Las Sepupu

Sekarang Aku sudah mulai bekerja tidak seperti dahuluhanya menganggur di rumah. Sekarang Aku bekerja membantu sepupu di bengkel lasnya. Bengkel lasnya tidak terlalu besar namun menerima permintaan yang banyak dari mulai mengelas untuk membuat rangka motor trail sampai mengelas benda tajam seperti kampak.

Aku sangat senang sekali bekerja dibengkel las tersebut karena pemiliknya sangat ramah bahkan hampir tidak pernah marah jika Aku membuat kesalahan.

Aku bekerja hanya melepas mur dan baut. dari yang ringan-ringan dahulu begitu katanya sampai nanti diajara untuk mengelas. Setidaknya dengan itu saya mendapat pekerjaan selain juga mendapat  pengalaman ikut dengan orang sehingga aku tidak pantang menyerah jika ikut bekerja dengan orang lain yang bukan saudara sendiri.

Bengkel lasnya dari tempatku tidak terlalu jauh. Hanya diseberang desa . Aku biasa naik sepeda jika berangkat ke bengkel las milik sepupuku.

Disana aku tidak sering diomeli meskipun sering membuat kesalahantapi aku sering disindir oleh Mas Manto. Mas Manto adalah nama sepupukucontohnya saat aku gagal memasang baut ke dump truk lalu ada orang yang mencoba membantuku lalu Mas Manto bilang, “biarkan saja, biar dia bisa sendiri! harus sampai bisa!”.

Hari ini aku libur karena listrik padam. aku sangant senang sekali sampai aku bilang “asyik!”. Ngomong-omong aku belum sembuh dari rawat jalan penyakit kejiwaan.

Pintar Menulis Belum Tentu “Pintar”

Saya penulis amatir sekaligus pengangguran yang masih tinggal ersama orang tua. Kegiatan sehari-hari hanya kerja serabuatan sini dan situ sambil kadang-kadang ke sawah itupun hanya jika diminta, jika tidak diminta yahanya seperti cacing, tarik ulur badan sambil menguap.

Tahun 2012 saya lulus dari SMK Negeri 2 Kebumen, alhamdulillah mendapat nilai lumayan. Nilai raport diatas nilai 8 walaupum dengan aroma bumbu jahat bernama menyontek.

Terus terang saya frustasi dan menyesal sekali karena saya tidak lulus dalam ujian praktek. Sehingga Saya minder untuk mengambil raport, baru tahun ini(2014) Saya baru bisa mengambil raport tersebut, itu juga karena saya dipaksa Ibu. Karena biaya sekolah memang mahal oleh karena itu sangat sayang jika raportnya tidadk diambil begitu kata Ibu. Terus terang Saya berkomitmen untuk tidak mengambil karena itu tidak lulus dalam ujian prakteknya.

Nggak lulus ujian tapi keluar raport? Bagaimana bisa? Itu masalah institusi pendidikan itu sendiri. Saya juga agak kaget ketika tahun lalu bapak pulang membawa ssecarik kertas bertuliskan “lulus”.

intinya saya ingin menagatakan jika saya bukan anak pintar disekolah tapi pintar menulis.